5 Pola Dasar Sulam Tapis Lampung

Gambar
 Berikut lima pola dasar untuk membuat /menyulam kain tapis Pola zig zag Pola gunung Pola lereng Pola belah ketupat Garis vertikal jaraknya 0,5 cm Gariz horizontal 1cm

Iman kepada Allah, Asmaul Husna, Perilaku yang menceritakan keimanan terhadap Asmaul Husna | PAI Kelas 7A Full

Iman merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh umat Islam. Bahkan di dalam ajaran Islam juga terdapat rukun iman yang berarti fondasi keimanan. Salah satu dari rukun iman tersebut adalah iman kepada Allah swt.

Iman kepada Allah swt. Hanya dapat dilakukan jika manusia mengenal Allah swt.. Oleh karena itu, terdapat beberapa cara untuk mengenal Allah swt. Salah satunya adalah dengan Mengetahui nama-nama Allah swt.

Allah swt. Telah menyebutkan banyak nama-nama-Nya di dalam Alquran Atau yang biasa disebut asmaul husna. Melalui asmaul husná tersebut umat Islam atau manusia pada umumnya dapat mengetahui sifat-sifat Allah swt. Sehingga secara otomatis juga menjadi kenal dengan Allah swt.. Selain itu, Allah swt mengenalkan diri-Nya melalui asmaul husna juga agar digunakan oleh manusia untuk menyebut dan memohon kepada-Nya di dalam doa.

Hal ini mengisyaratkan bahwa umat Islam dapat memohon kepada Allah swt. Dalam doanya menggunakan nama-nama sesuai dengan sifat-Nya. Oleh karena itu, pelajarilah asmaul husna dengan baik dan benar untuk menambah keimanan kepada Allah swt..

Beriman kepada Allah

Allah SWT berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ءَامِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِى نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَٱلْكِتَٰبِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَٰلًۢا بَعِيدًا

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barang siapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 136)

Surat ayat 136 diatas menerangkan tentang beriman kepada Allah SWT. Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitabNya, rasul-rasul Nya dan hari kemudian. Iman secara bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu diambil dari kata اِيْمَانًا – يُؤْمِنُ – اَمَنَ yang berarti percaya atau membenarkan (تَصْدِيْقُ ). Sedangkan menurut istilah, iman adalah keyakinan atau pembenaran dalam hati, dan diucapkan dalam perkataan (lisan), dan diamalkan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dalam maksiat.
Iman kepada Allah SWT. Adalah meyakini dalam hati akan adanya Allah swt yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya, dan dibenarkan dengan ucapan lisan, serta menuntukkan amal perbuatan yang mencerminkan keimanan terhadap Allah swt..

Asmaul Husna

Jiwa beriman kepada Allah swt. Dapat tumbuh dalam diri seseorang dengan mempelajari dan memahami asmaul husna.  Secara etimologi asmaul husna terdiri dari dua kata yaitu asma yang berarti nama-nama dan husna yang berarti baik atau indah. Sedangkan secara terminologi berarti nama-nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah swt sebagai bukt keagungan dan kesempurnaan-Nya. 

Jadi, yang dimaksud asma’ul husna adalah nama Allah swt yang terbaik atau asma Allah swt yang terindah. Ia merupakan puncak keindahan karena di dalamnya terdapat makna terpuji dan termulia. Nama-nama terindah itu mengandung pengertian kehidupan yang sempurna, yang tidak didahului dengan ketiadaan dan tidak diakhiri dengan kesirnaan. Tidak berawal dan tidak berakhir.  

Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ
"(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik."
(QS. Ta Ha 20: Ayat 16)

Berkaitan dengan husna, pada dasarnya sejak lahir manusia dilengkapi hati yang fitrah (bersih) yang merekam sifat-sifat Allah SWT. Terbukti secara fitrah manusia telah dibekali sifat-sifat baik dan terpuji. Sifat-sifat tersebut merupakan pancaran dasi asmaul husna Allah SWT..

Namun seiring perkembangan dan pengaruh lingkungan, sifat-sifat dasar tersebut perlahan-lahan melemah dan terkalahkan. Seandainya manusia mampu memeliharanya sampai dewasa, maka pancaran asmaul husna akan membuat manusia menjadi mulia. Sebaliknya, jika sifat fitrah tersebut terkontaminasi dengan sesuatu yang buruk, maka sifat-sifat fitrah tersebut akan menjadi lemah, bahkan terkalahkan dan terbelenggu oleh emosi diri, prasangka negatif, kepentingan pribadi dan Pengaruh-pengaruh luar yang tidak menguntungkan.

Satu hal yang perlu dipahami oleh manusia adalah sifat-sifat dasar tersebut tidak akan pernah hilang dari manusia sampai dia meninggal, walaupun telah terkalahkan oleh sifat-sifat buruk. Hal inilah yang tumbuh menjadi dasar keimanan seseorang kepada Allah swt.. Jika manusia mampu menjaga dan memercayai suara-suara hati yang baik, maka nilai keimanannya kepada Allah swt. akan semakin baik. 

Allah SubSecara keseluruhan sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw., bahwa asma'ul husna yang dimiliki oleh Allah swt. berjumlah 99 asma'ul husna. Seorang muslim wajib mengetahuinya, beberapa di antaranya dalah sebagai berikut:
1. Al Karim
Salah satu asma'ul husna yang dimiliki Allah swt, adalah Al Karim. Secara bahasa Al Karim berarti Yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan, atau Yang Maha Pemurah Sedangkan secara istilah, Al Karim diartikan bahwa Allah swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua makhluk-Nya. Selain itu, nama Al Karim menunjukkan kesempurnaan dan kemuliaan Allah swt. dalam zat, sifat, serta perbuatan-Nya.hanahu Wa Ta'ala befirman:

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
"Dan Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 9)

Manusia sebagai khalifah atau wakil Allah swt tentunya dibekali sifat-sifat yang melekat pada-Nya. Meskipun sifat-sifat itu tidak akan pernah sama. Misalnya Allah swt memiliki sifat Maha adil, manusia sebagai wakil Allah swt dalam mengelola alam semesta juga harus memiliki sifat adil.
Dalam segala hal manusia harus mengutamakan jiwa keadilan, baik bagi sesama manusia maupun terhadap makhluk ciptaan Allah swt. lainnya. Misalnya ketika memiliki rencana atau berpikiran merusak hutan, maka harus mempertimbangkan keadilan kepada manusia lain yang akan kekurangan oksigen dan persediaan air, hewan yang akan kehilangan tempat tinggal dan habitatnya, tumbuhan lain yang akan kehilangan sumber makanan karena daun-daun yang berjatuhan di atas mereka tidak lagi berjatuhan.

Pemahaman tentang asmaul husna perlu ditajamkan untuk menambah keyakinan umat Islam akan adanya Allah swt. Karena banyak orang yang percaya kepada Allah swt., tetapi tidak mengetahui apa itu asma'ul husna. Sebaliknya, banyak orang yang hafal asma'ul husna tetapi tidak tepat dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan. Sehinga sering kali secara tidak sadar manusia menganalogikan sifat-sifat Allah swt. dengan sifat makhluk.  Rasulullah SAW bersabda:

عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : إن الله تسعة
(وتشعين اسما مائة الأوا حدا من أخصاهادخل أبلة (رواه البخاری و مسلم
Artinya: "Dari Abi Hurairah Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah swt. mempunyai 99 nama, yaitu seratus kurang satu; barangsiapa yang menghitungnya (menghafalkannya) ia masuk surga." (H.R. Bukhari dan Muslim). 

Hadis di atas menjelaskan bahwa menghafal asma'ul husna memiliki manfaat yang besar, yaitu mengantarkan orangnya masuk surga. Maksudnya tidaklah hanya sekadar menghafalkan saja, tetapi juga harus diringi dengan menjaganya dan menghindari perilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah swt dalam asmául husna. 

Macam-macam Asmaul Husna

Secara keseluruhan sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah saw., bahwa asma'ul husna yang dimiliki oleh Allah swt. berjumlah 99 asma'ul husna. Seorang muslim wajib mengetahuinya, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Al Karim

Salah satu asma'ul husna yang dimiliki Allah swt, adalah Al Karim. Secara bahasa Al Karim berarti Yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan, atau Yang Maha Pemurah.
Sedangkan secara istilah Al Karim diartikan bahwa Allah swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua makhluk-Nya. Selain itu, nama Al Karim menunjukkan kesempurnaan dan kemuliaan Allah swt. dalam zat, sifat, serta perbuatan-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

 ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ... 
"...dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.""
(QS. An-Naml 27: Ayat 40) 

Imam Gazali menjelaskan Al Karim adalah Dia yang apabila berjanji menepati janjinya, bila memberi melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan makhluk memohon kepada selain-Nya, meminta kepada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur tanpa berlebih, tidak mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya dan tidak membutuhkan sarana dan perantara.

Sementara Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan bahwa, "Nama Allah Al Karim mencakup makna kedermawanan, juga makna kemuliaan dan keluhuran, serta bermakna kelembutan dan memberi kebaikan."
Sedangkan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa, "Secara global, makna Al Karim adalah zat yang suka memberi kebaikan yang banyak dengan amat mudah dan gampang. Lawannya, orang pelit yang amat sulit dan jarang mengeluarkan kebaikan."

Dari beberapa penjelasan tentang Al Karim tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah swt. berbuat baik kepada seluruh makhluk tanpa sebuah kewajiban yang mesti mereka kerjakan. Semua kebaikan yang diberikan Allah swt kepada makhluk adalah semata-mata atas kemurahan-Nya kepada para makhluk.

Asma'ul husna Al Karim memiliki pengertian istimewa tentang Allah swt., antara lain:

  1. Allah swt. Maha Pemurah.
  2. Allah swt memberi tanpa diminta
  3. Allah swt. memberi sebelum diminta
  4. Allah swt. memberi apabila dimintaA
  5. llah swt. memberi bukan karena permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, cita-cita dan angan-angan dari para hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.A
  6. llah swt. memberi lebih baik daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh parah amba-Nya.
  7. Allah Yang Maha Pemurah tidak kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak kira-kira berapa banyak dan kepada siapa Allah swt. memberi.
  8. Paling penting, demi kebaikan hamba-Nya sendiri, Allah swt memberi dengan bijaksana, dengan cara yang paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanfaat kepada hamba yang menerimanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian nama Al Karim adalah yang memiliki segala macam kebaikan dan kemuliaan serta keutamaan.

2. Al-mu'min

Al Mu'min berasal dari kata amina yang berarti pembenaran, ketenangan hati, dan aman. Sedangkan secara istilah Al Mu'min berarti Allah swt. Maha Pemberi Rasa Aman kepada semua makhluk-Nya, terutama kepada manusia. Keamanan merupakan kebutuhan penting bagi manusia. Kehidupan akan terasa nyaman dan berjalan dengan semestinya karena adanya keamanan. Bahkan negara yang tidak aman akan sulit melaksanakan pembangunan. Kehidupan masyarakat akan terancam bila tidak ada keamanan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
"Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Maharaja Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. Al-Hashr 59: Ayat 23) 

Keamanan dan ketenangan hati hanya didapat bila manusia dekat dengan Allah swt.. Karena hanya Dia yang mampu memberi keamanan kepada semua makhluk-Nya, baik secara langsung maupun melalui perantara makhluk lain. Keamanan, kenyamanan, dan ketenangan hati dapat diperoleh dengan rajin membaca Al-Quran, rajin salat, dan sebagainya yang sifatnya mendekatkan diri kepada Allah swt.. Ketidaknyamanan atau ketidakamanan bukan hanya akibat ulah manusia, tetapi bisa juga karena binatang buas, bencana alam seperti banjir. gempa bumi, tanah longsor, dan sebagainya.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya:
"Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman. Para sahabat bertanya, 'Siapa ya Rasulullah saw.?' Rasulullah saw menjawab, 'Orang yang tetangganya merasa tidak aman dari gangguannya."
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Adapun contoh sederhana bahwa Allah swt bersifat Al Mu'min dapat dilihat dalam diri sendiri. Di dalam tubuh manusia, Allah swt. menciptakan alis di atas mata yang berfungsi melindungi mata dari keringat yang jatuh, bulu mata melindungi mata dari debu dan binatang-binatang kecil, dan sebagainya.

3. Al- Wakil

Secara bahasa Al Wakil berasal dari kata wakala yang artinya mewakili atau memelihara. Jadi yang dimaksud Al Wakil adalah Allah swt yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Allah swt menyelesaikan segala sesuatu yang diserahkan hamba-Nya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai. Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

ٱللَّهُ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ
"Allah Pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu." (QS. Az-Zumar 39: Ayat 62) 

Manusia adalah makhluk yang diperintahkan untuk senantiasa berusaha dalam segala hal. Namun dalam perjalanannya terkadang manusia mengalami kegagalan. Dari kegagalan yang membayangi usaha manusia tersebut akan lahir tipe-tipe manusia, yaitu:
  1. Tipe optimis (tawakal), yaitu tipe manusia yang memasrahkan dan meyakini bahwa segala urusan apa pun dalam kehidupan ini ada Yang Maha Mengatur.
  2. Tipe pesimis (orang putus asa), yaitu tipe manusia yang tidak menyadari bahwa di balik sesuatu yang dialami, dilihat, didengar, dirasakan ada hikmah yang harus dijadikan pelajaran untuk menjalani masa depan.
Pepatah mengatakan, "Manusia hanya bisa berencana, Tuhanlah yang menentukan." Pepatah tersebut sangat tepat dalam menggambarkan bahwa Allah swt. adalah Al Wakil, yang siap membantu untuk menyelesaikan masalah-masalah manusia. Inilah karunia Allah swt., Dia memercayai manusia menjadi wakil-Nya mengelola alam semesta, namun jika manusia menemukan masalah dalam tugas tersebut, manusia diperintahkan-Nya untuk meminta bantuan-Nya.

Keyakinan bahwa Allah swt. memiliki asma'ul husna Al Wakil akan mendorong manusia untuk selalu dekat kepada-Nya. Manusia akan melakukan sesuatu tanpa terlalu memikirkan hasilnya, karena tugas manusia dalam hidup ini sebenarnya adalah bekerja, berkreasi, dan beraktivitas sedangkan hasilnya harus diserahkan kepada Allah swt..

Asma'ul husna Al Wakil akan melahirkan konsep tawakal. Tawakal adalah berserah diri kepada Allah swt. Sedangkan dalam bahasa Indonesia dapat disamakan dengan optimis, yaitu yakin bahwa Allah swt. selalu memberikan yang terbaik untuk manusia.

Selain itu, berdasarkan asma Allah swt. Al Wakil ini pula dapat ditemukan keindahan ajaran Islam tentang takdir. Dalam beberapa kitab dijelaskan bahwa takdir manusia telah diatur oleh Allah swt. seperti rezeki, usia, jodoh, dan sebagainya. Manusia tidak akan mengetahui apakah akan menjadi orang kaya atau miskin, berumur panjang atau pendek, dipanjangkan umumnya hingga kakek nenek, dan sebagainya. Karena manusia tidak mengetahui takdirnya seperti apa, maka manusia wajib berikhtiar dan menyerahkan hasilnya kepada Allah swt, karena Allah swt. adalah Al Wakil.

4. Al Matìn

Al Matin secara bahasa berarti Mahakukuh. Allah Mahakukuh dalam kekuatan kekuatan-Nya yang tidak ada taranya. Nama Allah swt yang Mahamulia ini maknanya hampir sama dengan beberapa nama Allah swt yang Mahaagung lainnya, yaitu: "AI Qawiy" (Yang Mahakuat), "Al 'Aziz" (Yang Mahaperkasa). dan "AI Qadir" (Yang Mahamampu/Berkuasa).

Untuk memahami asma'ul husna Al Matin, Ibnu Faris menjelaskan bahwa materi dasar dari nama ini (yaitu huruf mim, ta, dan nun) menunjukkan kekukuhan pada sesuatu, yang disertai (makna) tinggi. Sedangkan Al Fairuz Abadi menjelaskan di antara makna dasar kata ini adalah permukaan bumi yang sangat kukuh dan tinggi. Imam Ibnul Atsir mengatakan, "(Arti nama Allah) Al Matin adalah Yang Mahakuat dan Kukuh, yang dalam melakukan semua perbuatan-Nya, tidak merasa susah, berat maupun payah."
Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

إِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلرَّزَّاقُ ذُو ٱلْقُوَّةِ ٱلْمَتِينُ
"Sungguh Allah, Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh."
(QS. Ad-Dhariyat 51: Ayat 58) 

Berdasarkan ayat tersebut, para ulama seperti Imam Ibnul Katsir, Ibnu Taimiyyah, Syekh Abdurrahman as Sa'di, Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, dan sebagainya menetapkan nama Al Matin (Yang Mahakukuh) sebagai salah satu dari nama-nama Allah Azza wa Jalla yang Mahaindah. Beberapa bukti yang menunjukkan kemahakuatan dan kemahaperkasaan Allah swt. adalah Allah swt. mampu memberikan rezeki kepada semua makhluk di alam semesta, mampu membangkitkan manusia pada hari kebangkitan setelah tubuh mereka hancur membusuk. Tidak ada seorang manusia pun yang luput dari-Nya (pada hari kebangkitan) dan Dia Maha Mengetahui apa yang dihancurkan oleh bumi seperti tubuh-tubuh mereka, maka Mahasuci (Allah) Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.

5. Al Jami'

Al Jami' secara bahasa berarti Maha Mengumpulkan/Maha Menghimpun, yaitu Allah swt. mengumpulkan berbagai hakikat yang berserak atau tercerai-berai. Penghimpunan ini ada berbagai macam bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka ragam, termasuk manusia dan sebagainya di permukaan bumi ini dan kemudian mengumpulkan mereka di Padang Mahsyar pada hari kiamat. Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:

رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ ٱلنَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ
""Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya." Sungguh, Allah tidak menyalahi janji." (QS. Al-'Imran 3: Ayat 9) 

Terdapat beberapa pelajaran yang dapat dipelajari dari asma Allah Al Jāmi', yaitu:
    1. Allah swt. akan mengumpulkan manusia pada hari akhir. Berkaitan dengan hal tersebut, sudahkah kita mempersiapkan diri untuk mempertanggungjawabkan tugas sebagai khalifah dan hamba Allah swt.? Oleh karena itu, marilah kita senantiasa mencari bekal dan mempersiapkan diri untuk menghadapi masa tersebut.
    2. Membumikan asma'ul husna Al Jāmi. Sebagai khalifah atau wakil yang dipercaya Allah swt untuk mengatur kehidupan alam semesta, manusia memiliki tugas membumikan Al Jami' dalam kehidupan. Manusia harus menjadi katalisator untuk terbentuknya persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah swt, sehingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang harmonis dan menenteramkan.
    Dalam hal ini Allah swt. menampakkan asma'ul husna Al Jāmi' melalui rantai makanan dan ekosistem, misalnya rantai makanan dan ekosistem sawah. Bayangkan jika kelompokkatak sawah mengasingkan diri dan tidak mau menyatu, maka akan matilah seluruh burung elang atau hewan lain yang makanannya adalah katak, karena katak sawah mengingkari tugas sebagai makhluk yang Allah swt. ciptakan sebagai makanan burung elang dan hewan lainnya. Akibat dari pengingkaran katak sawah tersebut, maka hancurlah ekosistem sawah yang harmonis.

    Itulah pelajaran berharga agar direnungkan manusia sebagai wakil-Nya. Manusia harus terus menjaga persatuan dan kesatuan sistem kehidupan serta bertanggung jawab pada tugas dan fungsi masing-masing. Jangan merasa diri yang paling baik dan paling benar. Karena hanya Allah swt. yang bisa memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Oleh karena itu jangan sembarangan nenghakimi orang lain salah, dan kemudian menarik diri dari tugas dan fungsi di dalam sistem kehidupan.

    6. Al 'Adl

    Al 'Adl secara bahasa berasal dari kata 'adala yang berarti lurus dan sama. Orang yang adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukkan orang yang adil tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. Adil juga dimaknai sebagai penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya (tidak zalim). Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:
    وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَّا مُبَدِّلَ لِكَلِمَٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
    "Dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur'an) dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
    (QS. Al-An'am 6: Ayat 8)

    Keadilan Allah swt bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah swt. juga didasari dengan ilmu Allah swt. yang Mahaluas. Sehingga keputusan Nya tidak mungkin salah. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatannya. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah swt. hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Semakin tinggi ketakwaan seseorang. semakin tinggi dan semakin mulia pula posisinya di hadapan Allah swt.

    Sebagian dari keadilan Allah swt. adalah Allah swt. hanya akan menghukum dan memberi sanksi kepada orang yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Di hadapan. Nya masing-masing individu akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri. Selain itu, keadilan-Nya selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Allah swt. memberi pahala sejak seseorang bemiat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya jika kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Allah swt. tidak langsung memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat apabila seseorang telah benar benar berlaku jahat.

    Seseorang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempat yang semestinya disebut zalim atau berbuat aniaya. Zalim atau aniaya adalah lawan kata adil. Karena adil juga dapat berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya.

    Contoh keadilan Allah swt. dalam hal ini adalah Allah swt. meletakkan segala sesuatu tepat pada posisinya. Perhatikan tubuh manusia, betapa adilnya Allah swt. telah menempatkan seluruh anggota tubuh manusia pada tempat yang semestinya. Allah swt. telah menempatkan hidung, mata, telinga, kepala, tangan, dan kaki pada tempat yang tepat. Bayangkan jika tempat masing-masing anggota tubuh manusia tidak pada posisinya. Contoh lain sebagai bukti keadilan Allah swt., adalah benda-benda angkasa. Semua benda-benda angkasa tertata rapi, masing-masing menempati posisi yang tepat dengan tingkat presisi yang sempurna. Bayangkan jika tidak presisi, tentu akan timbul benturan antara yang satu dengan lainnya.

    7. Al Akhir

    Allah Al Akhir artinya Yang Mahaakhir, tidak ada sesuatu pun setelah Allah swt.. Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur dan binasa, Mahakekal dengan kekekalan-Nya. Nama Allah swt. Al Akhir menunjukkan keabadian dan kekekalan-Nya. Hal ini berarti bahwa Allah swt. merupakan tujuan dan tempat bergantung yang seluruh makhluk menuju kepada Nya dengan ibadah, harapan, rasa takut, dan seluruh keperluan mereka. Sementara kekekalan makhluk-Nya terbatas, seperti kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya. Surga merupakan makhluk Allah swt. yang diciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan perintah-Nya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala befirman:
    هُوَ ٱلْأَوَّلُ وَٱلْءَاخِرُ وَٱلظَّٰهِرُ وَٱلْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
    "Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir, dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. Al-Hadid 57: Ayat 27)

    Syekh Abdurrahman As Sa'di mengatakan, "Perhatikanlah makna-makna yang agung ini yang menunjukkan keesaan Rabb Yang Mahaagung dalam hal kesempurnaan dan liputan-Nya yang mutlak. Baik yang berkaitan dengan liputan waktu, yaitu pada nama Nya Al Awwal dan Al Akhir, maupun yang berkaitan dengan tempat, yaitu pada nama-Nya Az Zahir dan AI Bățin."

    Syekh Ibnu 'Utsaimin mengatakan, "Dan janganlah dipahami bahwa ini menunjukkan batas akhir-Nya. Karena ada juga hal-hal yang abadi (lainnya) namun berupa makhluk, seperti Al Jannah (surga) dan An Nar (neraka). Atas dasar itu, maka Al Akhir mengandung makna bahwa la meliputi segala sesuatu, tiada kesudahan bagi keakhiran-Nya."

    Sedangkan Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa keawalan Allah swt. mendahului keawalan segala sesuatu dan keakhiran-Nya tetap setelah keakhiran segala sesuatu. Sehingga makna keawalan-Nya adalah kedahuluan-Nya atas segala sesuatu, dan makna keakhiran-Nya adalah kekekalan-Nya setelah segala sesuatu. Allah swt. tidak berawal artinya Allah tidak berasal, Allah swt. ada dengan sendirinya. Maka tidak ada siapa pun yang berhak untuk menentang Allah swt. apalagi mengoreksi apa yang sudah Allah swt. tetapkan kepada makhluk-Nya.

    Bagi manusia yang memercayai bahwa Allah swt. Al Akhir, dia akan memanfaatkan umurnya untuk menjadi abdi Allah swt.. la akan bekerja dengan maksimal memanfaatkan segala yang dimiliki untuk menjalankan perintah Allah swt. Karena sadar bahwa ada zat yang Mahaakhir yang akan menjadi titik akhir dari kehidupan ini. Setiap manusia tidak akan lepas dari pertanggungjawaban tugasnya sebagai makhluk kepercayaan Allah swt., pemimpin di muka bumi ini.

    Perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Asmaul Husna

    Umat Islam harus meyakini kebenaran asma'ul husna. Sedangkan orang yang meyakini kebenaran asma'ul husna seharusnya menunjukkan perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap asma'ul husna. Beberapa sikap atau perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap asma'ul husnā, antara lain:
    1. Menjadi orang yang dermawan, sebagai wujud keimanan terhadap asma'ul husna Al Karim.
    2. Menjadi orang yang jujur dan memberikan rasa aman sebagai wujud keimanan terhadap asma'ul husnā Al Mu'min.
    3. Senantiasa bertawakal kepada Allah swt, sebagai wujud keimanan terhadap asma'ul husna Al Wakil.
    4. Menjadi pribadi yang kuat dan teguh pendirian, sebagai wujud keimanan terhadap Al Matin.
    5. Berkarakter pemimpin, sebagai wujud keimanan terhadap Al Jāmi'.
    6. Berlaku adil, sebagai wujud keimanan terhadap asma'ul husna Al 'Adl.
    7. Menjadi orang yang bertakwa, sebagai wujud keimanan terhadap asmaul husna Al Akhir.


    wallahu'alam bisshawaf...

    Komentar

    Postingan populer dari blog ini

    Persamaan dan perbedaan petugas humas & protokol

    Laporan PKL Bank Eka | SMKN 1 Kalianda